Suara Desiran pecahan ombak kecil yang merayap jauh dari lautan samudera sampai ke bibir pantai, bisikan sayu angin timur dan canda tawa anak-anak yang bermain, bergulat menikmati laut, hamparan luas pasir putih, dan tanaman padang lamun adalah harmoni melodi alam yang sering terdengar kala kita mengunjungi panorama alam pantai Pananuareng salah satu sisi pantai di pulau sangihe yang menghadap timur laut samudera terluas didunia Samudera Pasifik.
Ada sukacita terlintas, dan kebanggan tersendiri di pulau kecil ini melihat keindahan pantainya tak kalah dengan nama besar objek wisata pantai yang sudah terkenal di mancanegara seperti bali dan lombok. Pananuareng penuh pesona, Sore itu minggu 12 Maret 2012 pkl 15.30 waktu Miulu Tabukan Tengah (wita.red) bersama father, Koko fandy, pa’apit, Ko’ami, maxwel, quinza, mike philipin dan rifin bertolak dari miulu dengan mengendarai kendaraan sewaan DB.4579F sedikit memiriskan sewa masuk yang relatif mahal dengan kondisi jalan masuk dan areal parkir sangat tidak memadai, beberapa kali mobil yang kami tumpangi kandas bahkan terperangkap kubangan lumpur; alhasil koko yang coba mencari alternatif jalan lain malah kena semburan lumpur dari ban mobil (wui… koko mandi pece) Saat itu orang nomor satu di Kabupaten Kepulauan Sangihe Bpk Bupati berada di lokasi objek wisata pananuareng.. semoga dan semoga beliau bisa melihat dan mengamati kondisi yang ada tentang hal-hal yang perlu diperbaiki khusunya lahan parkir dan fasilitas lainnya sehingga dikemudian hari pananuareng bukan hanya dikenal oleh orang sanghe saja tapi juga wisatawan domestik bahkan mancanegara
Sebuah lagu untuk pananuareng : Apeng’u pananuareng kei apeng masadada, I mapulu koateng paka sadada, apeng’u pananuareng kei apeng ma udupe, Ia mapulu koateng paka udupe! syarta